Sabtu, 25 Agustus 2018

Nasi Goreng Rawon Surabaya, Perkawinan Silang Yang Tak Terbayangkan

Nasi Goreng Rawon bisa jadi hal terakhir yang terlintas ketika memikirkan varian nasi goreng. Tak berlebihan jika melihat baik nasi goreng dan rawon sama-sama mempunyai rasa yang khas sehingga sulit membayangkan kedua kuliner ini akhirnya bersanding menjadi nama masakan baru, Nasi Goreng Rawon. Kuliner unik ini hadir di Kota Surabaya yang selama ini memang dikenal dengan beragam masakan yang menarik. Mulai dari Nasi Bebek, Rujak Cingur hingga Rawon menjadi menu wajib ketika datang ke Kota Pahlawan ini.

Perkawinan Silang Rawon dan Nasi Goreng


Siapa sangka, Rawon yang selama ini menjadi kuliner khas Jawa Timur, bisa dimodifikasi menjadi menu olahan nasi goreng. Menu ini yang kemudian menjadi andalan Hotel berbintang lima Mercure di kawasan Raya Darmo Surabaya

.

 Ide ini datang dari Zakaria, Executive Chef Hotel Mercure Surabaya. Melalui tangan dinginnya, gurihnya nasi goreng menjadi lebih terasa ketika dipadukan dengan racikan bumbu rawon. Rasa khas rawon dan nasi goreng pun dengan sempurna menyatu. Kali ini rawon tak hadir dengan kuah hitam dan pekat dengan potongan daging sapi dan taburan kecambah. Sebagai gantinya, rawon hadir dalam wujud nasi goreng, lengkap dengan irisan empal dan telur asin sebagai lauk pelengkap.

Cara Memasak Nasi Goreng Rawon


Cara memasak kuliner unik ini pun cukup sederhana seperti memasak nasi goreng pada umumnya. Yang berbeda, bumbu nasi goreng menggunakan bumbu rawon lengkap dengan kluweknya. Tumis bumbu hingga harum dengan sedikit minyak, jika aromanya sudah semerbak masuklah nasi putih lalu dioseng hingga matang

.

 Ketika sudah matang, nasi goreng ini disajikan dengam irisan daging yang sebelumnya sudah diberi bumbu kuah rawon. Telor asin juga hadir sebagai melengkapi menu Nasi Goreng Rawon ini.

Paket Nasi Goreng Rawon


Seporsi Nasi Goreng Rawon dipatok dengan harga Rp 78000. Menu ini juga komplet dengan es ginger tea yang cocok dinikmati saat udara panas. Padanan minuman yang disajikan menjadi pasangan yang pas hingga meninggalkan rasa puas.

 

Nasi Goreng Rawon di Kota Lain


Sejatinya, bukan hanya di Surabaya bisa merasakan Nasi Goreng Rawon. Karena beranjak ke arah ujung pulau Jawa, kita bisa menemukan menu serupa di Jember. Bentuk dan cara memasaknya pun juga serupa dengan sedikit perbedaan. Nasi Goreng Rawon di Jember tepatnya Cafe Rolas tak menyajikan irisan daging dan telur asin sebagai lauk, melainkan menggantinya dengan telur mata sapi.

 

 Dengan lauk yang berbeda, Nasi Goreng Rawon Cafe Rolas ini juga punya bandrol harga yang berbeda pula. Seporsi Nasi goreng rawon dengan telur mata sapi, kerupuk udang dan mentimun dibandrol dengan harga Rp. 23.000. Uniknya, karena berhasil menjadi favorit di Jember, maka menu Nasi Goreng Rawon ini juga dijual di Cafe Rolas Surabaya. Kuliner Indonesia terus berevolusi, dari sekedar modifikasi rasa hingga kolaborasi dengan memadukan dua kuliner untuk memunculkan varian kuliner bari seperti Nasi Goreng Rawon. Inovasi ini seiring dengan tuntutan zaman untuk mengatasi bosan sekaligus eksplorasi rasa. Nasi goreng yang sudah diakui sebagai masakan asli Indonesia kerap menjadi bahan inovasi untuk memunculkan varian baru. Sementara Rawon sudah lekat dengan imej masakah khas Surabaya punya bumbu unik yang bernama kluwek yang memberi warna hitam pada kuah dan rasa khas di masakan Rawon. Dan kali ini kluwek tadi yang memberikan warna baru kepada varian nasi goreng yang dijual di nusantara. Bagaimana menurut kamu, tertarik untuk mencoba perpaduan dua kuliner legendaris nusantara ini? Buat yang pernah mencoba, share pengalaman kamu di kolom komentar ya.

Jumat, 18 Desember 2015

Stop Pembodohan Masyarakat dengan Iklan-iklan yang Menyesatkan Ini !!!

Stop menyebarkan info hoax - Akhir - akhir ini kita sering kali melihat di timeline Facebook, sebuah status atau share baik berupa foto atau video dengan menampilkan percobaan sebagai berikut :



1. Pertama uji yg dilakukan oleh penjual AIR ALKALI kemasan
Betadine (povidone iodine) + air kemudian di masukkan mie instan, lalu warna air dan mie instan berubah menjadi biru pekat atau sampai biru ungu kehitaman.

Lalu dengan seenaknya si pelaku menyamakan mie instan yg berubah warna menjadi biru kehitaman disebut sebagai RACUN

2. Kedua, Ada pula share tentang uji nasi + betadine juga berubah warna menjadi biru, ungu kehitaman, yang ini parah lagi.. Disebut pula itu beras dicampur pil KB, bener2 gak masuk akal, tapi anehnya banyak yg menelan mentah2 info itu

3. Ketiga adalah iklan obat pelangsing yang juga menggunakan “mie instan + air betadine” berubah menjadi biru kehitaman kemudian di bilas dengan air berisi obat pelangsing warna mie yang berubah menjadi biru tersebut kemudian berubah lagi menjadi putih, si pendemo mengklaim bahwa racunnya sdh di ikat dengan obat pelangsing tersebut dan di buatlah pernyataan obat pelangsing tersebut bisa mengikat racun.


SEMUA percobaan diatas terlihat sangat meyakinkan, yang tidak paham pun jadi tercengang dan resah, galau karena katanya mereka konsumsi racun.

Dalam kimia analisis uji seperti yang dilakukan menggunakan betadine (iodine) disebut UJI IODIMETRI.

Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi PATI/KARBOHIDRAT/POLISAKARIDA/TEPUNG/AMILUM. Reagent yang digunakan adalah larutan iodine yang merupakan zat terlarut dalam potassium iodide.


eaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan monosakarida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.

Amilum dengan iodin dapat membentuk kompleks biru, amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat.

CATATAN: Bahan makanan apapun yang mengandung karbohidrat entah itu beras, singkong, mie, kentang, spagheti dan bahan makanan yang direaksikan (ditetesi) Iodium (baca: Betadine) akan berubah warna mulai biru, biru tua, ungu hingga kehitaman.

Buat para pembuat uji demo produk ini please sebelum anda share bentengi dulu dg dasar keilmuan yg cukup, jangan asal bikin demo, membuat kesimpulan sendiri, apalagi kalo bikin uji ini untuk jualan produk.

Bukankah HOAX yg anda sebarkan ini termasuk kategori menipu??? Artinya sama aja anda jualan dengan cara tipu2 … Dimana keberkahan jika anda mencari rizki dg metode tipuan???

Semoga HOAX ini cepat berlalu.





Kamis, 17 Desember 2015

Football Manager Touch 2016

Football Manager Touch 2016


Football Manager Touch 2016





Sports Interactive sent football management fans to the brink of dreamland with 
Football Manager Classic 2015. At last, here was a mobile version of the famous footy game built from the same components as the host PC series.

The only thing holding that game back from a title tilt was a clunky interface and a sense that the developer hadn't quite finished thinking through the move to mobile.

So here, around six months later, is Football Manager Touch 2016 to finish the job.

Swift one-two Football Manager Touch 2016


Wait, six months? Yep, there's no getting away from the fact that SI has been a little hasty in returning to market so soon. Especially when these are two of the more expensive mobile games on the market.

But there's no denying that Football Manager Touch 2016 is an improved experience. Most of the criticisms we had about tiny, borderline broken interface elements in the last game have been addressed here.

Players are now represented by chunky cards in the tactics screen, with clearly defined and easy-to-access drop-down menus. Switching out players is so reliable that I found myself initiating lots of accidental substitutions at first, so unused were my fingers to the responsiveness and sensitivity of the system.

Team instructions, meanwhile, have been given a boost with a single page of contextually sensitive graphs and gauges. You're still essentially playing a spreadsheet, but now it's one with proper formatting and pie charts.

Holes in the defence

That's not to say that SI has created the perfect mobile footy management game. There are still too many glitches for that.

IAPs explained
Although the game is already a decidedly premium purchase, you can spend extra money on game-boosting features.

The Magic Sponge, for example, helps heal an injured player for 79p / 99c. You can also make all players interested in your club for the same amount.

Meanwhile you can boost your club's bank balance by £50 million if you're willing to spend £4.99 / $6.99.
The whole game can feel a little sluggish at times, slowing to a crawl in between seemingly simple screen transitions. Some UI elements remain unresponsive, such as the side arrows used to alter wages during negotiations.

There are also a fair few bugs in there. I was informed at one point that Man Utd had won a game thanks to "a stunning strike from De Gea." That would be the David De Gea who plays in goal for the reds.

The 3D match engine, meanwhile, is possibly even ropier looking than before, with low-res players and fonts making it look more like an early 3D FIFA than ever.

Champion

But when SI has finally given us a full Football Manager experience that feels at home on mobile devices, complaining about bugs and technical glitches feels a bit like complaining that Messi doesn't track back.

Yes, Football Manager Touch 2016 could be easier to love. But you overlook these foibles because of the amazing things it can do that no other management can - like destroying a whole evening when all you wanted to do was send your scouts to watch a Croatian wonderkid.

Cutting through all the issues, Football Manager Touch 2016 is quite simply the mobile footy management game we've always wanted - most of the time. There's obvious room for improvement within its framework, but there's also nothing else that comes remotely close.

Hearthstone: Heroes of Warcraft

Hearthstone: Heroes of Warcraft


Hearthstone: Heroes of Warcraft

Every Hearthstone expansion adds new effects which make the game a bit more complex. With each one, players get a slew of new options, and the idea of a decent AI to play against solo recedes a little further.

Trying to come up with code to help the computer make sensible decisions must be a nightmare for the poor developers at Blizzard.

So for League of Explorers, the third solitaire expansion for the game, they've taken a different tack. It's still mainly the one on one boss fights fans have come to know and be largely indifferent to. But there's a new kind of level which is a race against time.

These are fantastic fun. You're given a fixed deck and have ten turns to survive an onslaught of whatever the level throws at you.

Hearthstone: Heroes of Warcraft


They're imaginative, tense and exciting, if a bit too easy. Once you've played a challenge once you know what's coming and can plan accordingly. Once you've beaten it once, there's little replay value.

They're totally appropriate for an expansion loosely based on Indiana Jones. Given that they're the highlight, it's a shame there's only two of them across four wings.

Horrible bosses

The majority of the other boss fights are disappointing. Even novice players should be able to beat most of them with a simple aggro deck.

Things improve in the final wing with a couple of interesting encounters that need creative decks to beat. Yet most of it is a breeze.

Someone will no doubt shout out that really, the expansion is all about the cards. In which case you wonder why Blizzard bother wrapping them in an adventure framework in the first place. But let's take a look at what's on offer.

Hearthstone expansions traditionally feature a new mechanic. This time we get Discover. This gives you an extra draw, letting you choose between three random cards of a particular type. So the Tomb Spider lets you "discover a beast" while the Jewelled Scarab allows you to "discover a 3-cost card".

Discover smells a little of desperation. Each expansion up until now has had a new mechanic which made a fair stab at changing the way people play.

Discover doesn't, other than the fact it lets you draw cards outside your deck. In fact there's already a Hunter card, Tracking, that does something similar with the cards atop the deck.

Smells fishy

There's another Discover on offer, in the wet and fishy shape of Sir Finley Mrrgglton. He helps you discover a brand new hero power from a random choice of three. He also advertises that Murlocs are a big theme for this expansion.

Blizzard seem to be fond of encouraging players to build decks themed around certain archetypes. Last time it was Demons, before that it was Mechs.

It's always good to see more flavourful decks, and there are opportunities here to buff neglected classes like Shaman. Warrior has also gotten a boost from the class cards here, leading toward a better balanced game.

Beyond these welcome tweaks there doesn't, right now, seem to be any other real standout cards. Everyone was salivating over Kel-Thuzad in Naxxramas and Emperor Thaurissan in Blackrock but there's no equivalent here.

The final card you get, Arch-Thief Rafaam, should be good in greedy control decks, but that's pretty niche.

Small treasures

That isn't to say there's nothing of value. Unearthed Raptor should give Rogue decks a whole new archetype. And the new legendaries Elise Starseeker and Reno Jackson also have the potential for novel builds.

However, we're still looking at uncommon speciality decks here. There's nothing that's going to transform the game.

Perhaps that's what Hearthstone needs right now. After two expansions in three months, maybe a bit of stability is welcome. As are some unusual new cards and improved balance.

But as a long-term player, it's hard to shake the feeling that maybe the Blizzard design team are finally beginning to run out of card-fu.

Rabu, 09 Desember 2015

Clash of Clans Unlimited Gold, Gems and Elixir

Clash of Clans Endless Gold, Gems and Elixir


If you want to find Clash of Clans infinite gems, precious metal and elixir with no wasting long, be prepared to savor obtaining totally free gems on the net utilizing the actual collide of clans crack together with proxy help and user-friendly program. You own the opportunity of suffering from and making the most of the sport and acquiring people cherished elixirs and gems although undertaking a number of tips. By turning ones focus on some sort of crack device, you must not need to go on struggling above the game. Making the most of it happens to be even probable among the numerous avid gamers.


When you have ones tablet or even Android mobile phone phone, ipad, COMPUTER, new iphone 4, anything may seem to work well. Your Clash of Clans Hack into in consultation with any one of all of them. Producing Clash of Clans Free Gems will be totally free barstools on sale game enthusiasts. There exists a crack device which is often employed in creating Clash of Clans gems quickly and totally free. This specific works it is finest objective available for you. There exists a ought to settle-back and take it easy because you carry on and wait creating totally free gems.

Sabtu, 27 Agustus 2011

Aku Menangis untuk Adikku 6 Kali

Aku Menangis untuk Adikku 6 Kali


kamu berdua sampai selesai!”
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk
meminjam
...uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku
yang
membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang
kemiskinan
ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan
ke
universitas.
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.
Hari demi
hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning,
dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik,
tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis
di
sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen
dari laci
ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku
berlutut di
depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. “Siapa yang mencuri uang
itu?”
Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah
tidak
mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau
begitu, kalian
berdua layak dipukul!” Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan
berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah
begitu
marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau
kehabisan
nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan
memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal
memalukan
apa lagi yang akan kamulakukan di masa mendatang? …
Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya
penuh
dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata
setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis
meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan
berkata,
“Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup
keberanian
untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi
insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak
pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku.
Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk
masuk ke
SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk
masuk ke
sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman,
menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya
memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu
baik…hasil
yang begitu baik…”
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa
gunanya?
Bagaimana mungkin kita bisa membiayai
keduanya sekaligus?”

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan
berkata, “Ayah,
saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah
cukup membaca banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul
adikku
pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat
lemahnya?
Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan
menyekolahkan

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku
meninggalkan
rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang
sudah
mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan
secarik
kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah.
Saya
akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis
dengan
air mata bercucuran sampai suaraku hilang.
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang
adikku
hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi
konstruksi, aku
akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku
masuk dan
memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun
menunggumu di luar sana!”
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar,
dan
melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor
tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak
bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab,
tersenyum,
“Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika
mereka tahu
saya adalah adikmu?
Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-
debu
dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku
tidak
perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu
adalah
adikku
bagaimana pun penampilanmu…”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-
kupu. Ia
memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan,
“Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga
harus
memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku
menarik
adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah
telah
diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan
ibuku.
“Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk
membersihkan
rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu
adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu
melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela
baru
itu..”

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus,
seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada
lukanya
dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak,
tidak
sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu
berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku
bekerja dan…”

Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku
memunggunginya,
dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku
mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal
bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan,
sekali
meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa.
Adikku
tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan
menjaga ibu dan ayah di sini.”

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku
mendapatkan
pekerjaan sebagai manajer pada departemen
pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras
memulai
bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah
kabel,
ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku
dan aku
pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu,
“Mengapa kamu menolak
menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu
yang
berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius.
Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
“Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan
saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti
itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang
sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga
karena aku!” “Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam
tanganku.
Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani
dari
dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara
perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan
kasihi?” Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan
tidak
dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia
berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan
selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke
rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.

Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu
saja dan
berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu
gemetaran
karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang
sumpitnya.
Sejak hari itu,
saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku
dan baik
kepadanya.”

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan
perhatiannya
kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku,
orang yang
paling aku berterima kasih adalah adikku.” Dan
dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan
perayaan
ini, air mata bercucuran turun dari wajahku
seperti sungai.

Sabtu, 23 Juli 2011

Jawaban Seorang tukang bakso..

Jawaban Seorang tukang bakso.



Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?



"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita รข€“ cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso". {originally by kaskus.us}

KIsah orang bodoh dengan Rp 500-nya


Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka.

Percakapan :

Tukang cukur berkata, "Itu Bejo, dia anak paling bodoh di dunia"

"Apa iya?" jawab pengusaha

Lalu tukang cukur memanggil si Bejo, ia lalu merogoh kantongnya dan mengeluarkan lembaran uang Rp. 1000 dan Rp. 500, lalu menyuruh Bejo memilih, "Bejo, kamu boleh pilih & ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!"

Bejo melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada uang Rp. 1000 dan Rp. 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil uang Rp. 500.

Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan berkata,
"Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil."

Setelah sang pengusaha selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya, "Bejo, tadi saya melihat sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp. 1000 dan Rp.500, saya lihat kok yang kamu ambil uang yang Rp. 500, kenapa tak ambil yang Rp. 1000, nilainya kan lebih besar 2 kali lipat dari yang Rp. 500?"

Bejo pun berkata, "Saya tidak akan dapat lagi Rp. 500 setiap hari, karena tukang cukur itu selalu penasaran kenapa saya tidak ambil yang seribu. Kalau saya ambil yang Rp. 1000, berarti permainannya akan selesai..."

Pesan Yang Paling Penting:

Banyak orang yang merasa lebih pintar dibandingkan orang lain, sehingga mereka sering menganggap remeh orang lain. Ukuran kepintaran seseorang hanya TUHAN yang mengetahuinya. Alangkah bijaksananya kita jika tidak menganggap diri sendiri lebih pintar dari orang lain. {kaskus.us}

Jumat, 10 Juni 2011

Saat Harus Menjadi Dewasa

Saat Harus Menjadi Dewasa


Acap kali kita mendengar ungkapan “Menjadi tua itu adalah pasti hukumnya, namun menjadi dewasa adalah suatu pilihan sifatnya”. Ya! Tepat sekali ungkapan ini. Seorang dengan usia 20, 30, atau bahkan 50 tahunan yang kita anggap tua, ternyata banyak yang belum dapat bersikap dewasa. Padahal usia semakin tahun semakin berkurang, namun jalan fikiran untuk memperbaiki kehidupan ini ternyata belum cukup berkembang.

Sehingga, tidak perlu menunggu tua untuk menjadi dewasa. Karena kedewasaan tidak selalu beriringan dengan berkurangnya usia. Lalu sebenarnya, apa sih makna dewasa? Secara umum, seorang dapat dikatakan dewasa apabila ia telah mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jelek (atau benar salahnya sesuatu). Namun dalam Islam, seorang dewasa adalah yang telah mampu memilih dan memilah serta mengkategorikan mana yang perintah dan mana yang larangan Allah SWT. Adapun salah satu indikator sikap kedewasaan adalah bersikap bijak. Seorang yang memiliki sikap bijaksana tentu mampu mengendalikan dirinya dan ia pun mempunyai arah pandangan hidup yang jelas serta berkomitmen. Begitulah yang dapat saya pahami, walaupun tentunya seorang bijak tidak mutlak seperti itu. Saya rasa ikhwah sekalian lebih memahaminya daripada saya.

Memang tampaknya begitu mudah mencap diri sebagai seorang yang dewasa, namun tidak demikian adanya. Mari sejenak menengok kepada realita kehidupan sekitar kita. Seorang ayah ataupun kakek di usia rentanya, masih saja bergenit-genit menggoda gadis-gadis seksi, bahkan lebih parahnya hingga menggauli anak kandung, anak tetangga, ataupun cucunya sendiri untuk melampiaskan nafsu bejatnya. (Lalu apakah menurut kita dia seorang yang berfikir dewasa?). Dan masih banyak hal-hal kecil lainnya yang beredar di kalangan orangtua yang ternyata belum dewasa. Bahkan yang paling sering saya temui adalah orang-orang (yang tampak) dewasa dengan sikap ngambeknya. Waaahh!!! Saya begitu terkejut mendapati mereka, ternyata tidak cuma adik-adik kecil yang biasa ngambek ke orangtua kalau sesuatu yang diinginkan tidak didapatkan.

Memang tidak mudah untuk menjadi dewasa, ada masa transisi yang panjang, perlu ilmu, ada latihan, dan sebagainya. Maka wajarlah jika seorang akhi mengingatkan kita cara menuju dewasa dengan sedikit perumpamaan (kalimah thayyibah). Ungkapnya, “Ada banyak cara menjadi dewasa, kadang begitu mudah semudah membaca buku dan menemukan kearifan di tiap lembarnya. Bahkan ada yang lebih mudah, seperti bercermin pada setiap kejadian yang terjadi pada orang lain. Tapi tidak jarang, kita harus menempuh jalan yang begitu berat untuk menjadi dewasa dan sadar. Kita mesti melewati sungai fitnah yang deras, kudu membelah rimba cobaan dengan kerja dan sabar, bahkan kita harus penuh luka sebelum akhirnya memetik hikmah dan menjadi dewasa. Ada yang berhasil, namun banyak pula yang gugur di tengah jalan.”

Bagaimana, sudah ada inspirasi dari masukan ini tentang jalan menuju kedewasaan? Ya! Realitanya untuk menjadi dewasa, Pertama, kita kudu banyak belajar, tentunya terkait dengan segala topik yang mampu mengarahkan kita mencapai kedewasaan. Contohnya topik birrul walidain, di sini kita banyak belajar bahwa mentaati dan menghormati orangtua tentu ada tata caranya pula, sikap merajuk yang sering kita tampakkan pada orangtua ternyata berdampak psikologis pada orangtua, dan sebagainya. Namun perlu saya tekankan bahwa belajar tidak mesti dengan baca buku saja, selagi banyak jalan menuju Roma tentu banyak peluang yang kita bisa manfaatkan sebagai media belajar.
Kedua, bercermin diri, di sini saya bukannya mengajak ikhwah fillah untuk terus menatapi diri di depan cermin tentunya. Tapi bercermin tentang diri kita, tentang apa yang telah kita lakukan, tentang sifat-sifat kita yang harus diperbaiki, dan sebagainya. Serta tentang cinta kita kepada Rabb yang Maha Mencinta. Selanjutnya saya rasa ikhwah lebih paham tentang ini daripada saya.
Ketiga, dengan latihan. Kita tidak cuma perlu latihan kebugaran fisik atau angkat besi untuk menjadi dewasa. Kita juga perlu banyak, banyak, dan lebih banyak waktu untuk berlatih di setiap perubahan (hijarah) diri kita. Ya! Diaantaranya dengan melatih kesabaran jika kita adalah orang yang suka ngambek, atau dengan “memaksa” diri melakukan ibadah jika kita masih suka bermalas-malasan pada yang satu ini, serta masih banyak bentuk latihan lainnya.
Bahkan tak dipungkiri lagi bahwa kebanyakan orang perlu “teguran sayang” terlebih dahulu untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang dewasa. Allah SWT yang selalu menyayangi kita, sehingga Dia tentu punya banyak cara untuk menegur kita agar kita tidak jauh-jauh dariNya. Duuuhhh!! Allah SWT romantis banget yaaa… Saya semakin teringat sabda Rasulullah tentang sifat Allah SWT, “Sesungguhnya Allah SWT adalah yang Maha Pencemburunya.” Karena itulah, saya juga ingin mengingatkan kembali bahwa sesungguhnya setiap “teguran” yang datang kepada kita bukanlah pertanda bahwa Allah SWT ingin menyengsarakan kita, tapi mungkin karena kita sudah mulai menjauh dariNya, dan sebagainya. (Carilah sejuta alasan agar kita tetap berbaik sangka kepada Allah SWT).
Menulis atau membaca materi ini memang begitu mudah, namun dalam penerapannya tentu banyak hal yang harus kita penuhi sebagai penyokong keberhasilannya. Di antara yang paling saya anggap penting adalah komitmen kuat dalam diri kita, yang selanjutnya ditambah dengan kedekatan kita dengan sesama ikhwah dalam jama’ah atau dengan orangtua khususnya, karena mereka adalah orang-orang yang tiada pernah sungkan untuk terus dan terus mengingatkan kita kepada kebaikan.
Sumber : Kotasantri.com

Jumat, 13 Mei 2011

Klik dapat DOLLAR...!!!

Klik dapat DOLLAR...!!!



sekedar share aja gan,yang suka ikutan Paid to click alias klik iklan dapet dollar dan sebagainya,ternyata ptc bux.to itu bukan scam loh..
kerjaan kita cuman disuruh klik iklannya yang disediain,tiap iklan yang kita klik kita dikasih $0,01.
huehehe....

yang mesti kita lakukan:
1.daftar dulu di http://bux.to/?r=choierie
2.klik SURF ADS
3.klik iklannya yang keluar di jendela baru dan tunggu hingga penghitung waktu mundurnya habis dan keluar tanda DONE
4.voila!dollar demi dollar bertambah di akun agan..
5.untuk cek berapa dollar yang udah kita dapet klik MY STATS
6.Untuk Refferal tulis : choierie

untuk lebih lengkapnya

Download Ini