- Di sekolah saya, untuk siswa kelas X, akan mendapatkan 17 mata pelajaran yang berbeda. Dengan masing-masing mata pelajaran harus mendapat nilai minimal 75. Menurut saya hal ini sangat tidak masuk akal. Mana mungkin ada seorang siswa yang sanggup mendapatkan nilai tuntas, jika jumlah mata pelajarannya 17. Tanpa menyontek, saya pikir sangat sulit bagi seorang siswa untuk dapat nilai tuntas.
- Untuk beberapa mata pelajaran tertentu, terdapat beberapa guru yang mengajar dalam waktu bersamaan. Misal Matematika, ada 3 guru, yaitu A,B,C. Dalam satu minggu, A, B, C mengajar 3 bab yang berbeda. Dan tidak jarang, dalam 1 minggu pula, ketiga guru itu mengadakan ulangan. Coba dipikir baik-baik. Sudah mendapat 17 mata pelajaran berbeda, sekarang ..., setiap minggunya harus memperlajari 3 bab berbeda. Ini hanya matematikanya saja, belum lagi mata pelajaran lainnya seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Fisika, dll.
- Jam belajar di sekolah dimulai sejak pukul 7.15 hingga pukul 14.00. Tetapi pukul 14.00 biasanya siswa masih mempunyai kegiatan di sekolah, misal rapat. Kebanyakan siswa SMA1 Yogya pulang pukul 16.00 - 17.00, tetapi ada juga yang sering pulang malam karena padatnya kegiatan di sekolah. Setelah pulang, tentu sangat capai, kami sebagai siswa masih disuguhi berbagai macam tugas dari guru. Saking banyaknya guru, tugas yang diberikan pun semakin variatif dan semakin banyak. Tidak jarang siswa tidur larut malam hanya untuk mengerjakan tugas-tugas itu. Waktu kami habis untuk mengerjakan tugas. Sangat sedikit waktu yang tersisa untuk belajar jika ada ulangan, untuk istirahat. Kami juga butuh istirahat cukup!!!
- Lalu biasanya, kami belajar di sekolah untuk ulangan hari itu. Di jam pelajaran sebelumnya biasanya. Namun guru mata pelajaran yang waktunya digunakan siswa untuk belajar, tentu saja tidak terima. Kadang marah-marah, atau mengancam siswa agar tidak lagi membaca selain mata pelajaran beliau.
- Saat ulangan tiba, ada yang jujur, ada juga yang nyontek. Jika ketahuan nyontek, tidak diragukan lagi akan dimarahi. Jika jujur lalu rata-rata kelas masih rendah, akan ditegur juga. Lalu kami harus bagaimana?
Dan pada akhirnya, saya mengambil kesimpulan bahwa menyontek itu sah-sah saja. Karena, jujur atau tidak jujur tetap saja terdapat kecurangan (katrol). Daripada kita dimarah-marahi guru karena nilainya jelek, lebih baik menyontek saja ... Bagaimana menurut Anda?